Perlu Anda ketahui bahwa sariawan dan panas dalam adalah penyakit yang tidak hanya menyerang orang-orang dewasa. Anak usia balita bahkan bayi sekalipun tidak luput dari sakit panas dalam. Jika orang dewasa saja yang merasakan sangat sedih, sakit, dan jengkel bagiamana dengan anak. Tentu sebagai orang tua Anda juga merasakan bagaimana tersiksanya buah hati Anda ketika panas dalam. Si kecil yang semula aktif, periang dan menyenangkan saat terkena panas dalam akan berubah menjadi pemurung, suka merengek, kesakitan, menangis yang juga berakibat susah makan karena panas adalah keadaan dimana tubuh seseorang mengalami panas di dalam tubuh yang mengganggu sistem pencernaan.
Jika bayi telah mengalami panas dalam, orang tua mana yang tidak akan khawatir. Perasaan cemas, khawatir dan bingung akan melanda orang tua terlebih ibu. Panas dalam merupakan sakit yang disebabkan oleh beberapa hal, baik makanan yang dikonsumsi ataupun alergi terhadap debu dan polusi sehingga mengganggu saluran pernafasan juga pencernaan yang bisa berakibat menjadi panas dalam. Untuk bayi, panas dalam disebabkan karena pola makan ibu yang tidak teratur serta makanan yang dikonsumsi kurang sehat yakni terlalu banyaknya mengkonsumsi daging, coklat, bawang, kopi, minum-minuman alkohol, dan merokok sehingga berpengaruh terhadap ASI untuk bayi.
Panas dalam pada bayi bukan penyakit yang bisa Anda remehkan begitu saja, karena panas dalam adalah salah satu gejala si bayi memiliki penyakit lain yang mungkin sangat menganggu kesehatan dan berbahaya bagi pertumbuhan juga perkembangan kecerdasan anak tepatnya gangguan di organ dalam anak. Ada banyak cara tradisional untuk mengobati panas dalam pada bayi yang bisa Anda lekukan sendiri di rumah tanpa harus membawa si kecil ke dokter. Namun perlu Anda waspadai, jika pemberian jamu tradisional kurang berhasil segeralah buah hati Anda bawa ke dokter untuk memeriksakan kesehatannya.
Cara mengobati panas dalam pada bayi bisa dilakukan dengan:
1. Memanfaatkan air kelapa muda untuk obat. Air kelapa muda baik untuk pengobatan panas dalam bayi dan tidak menimbulkan efek samping yang buruk bagi kesehatan bayi. Berikan air kelapa muda kepada bayi Anda yang sedang panas dalam dengan cara meminumkannya. Campur air kelapa muda ini dengan madu dan berikan satu kali sehari.
2. Berikan buah hati kecil Anda yang tengah mengalami panas dalam dengan ramuan dari sari kunyit, telur ayam kampung dan madu yang dicampur menjadi satu. Berikan pada bayi Anda satu kali sehari.
3. Gunakan cincau sebagai asupan pendingin bagi tubuh anak. Berikan cincau yang telah dicampur dengan madu agar rasanya lebih segar dan manis pada buah hati yang mengalami panas dalam. Berikan cincau secara teratur dua kali sehari. Selain dapat meredam panas dalam bayi, cincau sekaligus menjadi obat yang mengenyangkan untuk anak.
4. Selain si kecil yang meminum obat-obatan taradisional, makanan ibu harus dijaga dengan baik. Hindari makan makanan yang memicu perkembangan panas dalam karena pada dasarnya si kecil masih minum ASI dari sang ibu.
5. Air perasan daun katuk baik untuk mengurangi panas dalam bayi, selain itu juga baik dikonsumsi untuk ibu dalam melancarkan ASI.
Siapapun pasti menginginkan anaknya sehat dan terbebas dari penyakit apapun, termasuk penyakit panas dalam. Jika cara tradisional pengobatan panas dalam pada bayi telah dilakukan namun belum memberikan hasil yang diinginkan atau anak belum sembuh dari panas dalam. Cobalah untuk memeriksakan kesehatan anak ke dokter.
Kamis, 14 Agustus 2014
Sabtu, 02 Agustus 2014
TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING
.jpg)
Sambung samping adalah teknologi rehabilitasi tanaman-tanaman kakao yang terkena penyakit atau kurang produktif. Dengan menggunakan klon-klon entres yang tahan penyakit dan memiliki produksi tinggi .Teknologi ini menjadi salah satu yang digalakkan dalam program nasional peningkatkan produktivitas kakao (GERNAS)
CARA MENGATASI PENYAKIT BUSUK BUAH PADA KAKAO
Penurunan produksi pada 2011 lebih disebabkan karena serangan penyakit busuk buah dan VSD yang dipicu oleh tingginya curah hujan sepanjang tahun sebelumnya.
Sedia payung sebelum hujan, mungkin hal tersebutlah yang harus dilakukan petani kakao saat ini mengingat Januari sudah memasuki musim penghujan. Tujuannya untuk mencegah datangnya penyakit busuk buah yang disebabkan cendawan Phytophthora palmivora dan penyakit Vascular Streak Dieback (VSD) dengan biang keladi cendawan Oncobasidium theobromae. Pasalnya, kedua jenis penyakit ini berperan besar menurunkan produksi kakao tahun lalu dari 575 ribu ton menjadi 430 ribu ton.
“Perubahan cuaca yang signifikan tahun 2010 dengan curah hujan yang lebat, kemudian tahun 2011 hampir tidak ada hujan membuat (buah) kakao banyak yang rontok. Selain itu banyak penyakit yang datang seperti busuk buah dan VSD,” ungkap Zulhefi Sikumbang, Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo). Selain itu, Zulhefi juga berpendapat, penggunaan bibit SE yang belum teruji menjadi menurunkan produksi.
M. Darwis, Kepala Bidang Produksi Dinas Perkebunan Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, membenarkan hal tersebut. Banyaknya curah hujan menyebabkan kebun menjadi lembab dan banyak genangan air. “Pada kondisi lembab di permukaan buah akan muncul serbuk berwarna putih. Serbuk itulah Phytophthora palmivora,” jelas Darwis.
Berkurang hingga 80 Persen
Penyakit busuk buah, menurut Ir. Edin Saefudin, Campaign Manager PT Syngenta Indonesia, sangat merugikan. “Jika tanaman kakao sudah terkena VSD ataupun busuk buah, produksi akan berkurang bisa mencapai 80 persen. Jadi seumpama tanaman kakao yang idealnya dapat berproduksi sekitar 700 kg per ha, jika sudah terkena penyakit tersebut, produksinya bisa hanya mencapai 200 kg per ha,” paparnya kepada AGRINA.
Kerugian akibat penyakit itu dialami Mustomin, petani kakao di Desa Ulumowewe, Kecamatan Mowewe, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Pada 1990 tanaman kakaonya yang biasa berproduksi hingga 600 kg per ha, hanya menghasilkan 300 kg per ha karena terkena busuk buah. “Yang sudah terkena penyakit tersebut, buahnya akan kempes,” tutur ayah enam anak ini.
Pengamatan Darwis, busuk buah dapat menyerang buah kakao dari mulai masih muda sampai dewasa. Kemudian buah yang terinfeksi menunjukkan gejala terjadinya pembusukan disertai bercak cokelat kehitaman. Serangan dimulai dari ujung pangkal buah. Perkembangan bercak cokelat ini cukup cepat sehingga dalam waktu beberapa hari seluruh permukaan buah menjadi busuk.
Sedangkan VSD memperlihatkan gejala daun menguning dengan bercak berwarna hijau. Yang terserang biasanya daun urutan kedua atau ketiga dari titik tumbuh. Bila disayat pada bekas duduk daun, terlihat tiga buah noktah berwarna cokelat kehitam-hitaman. “Sedangkan pada ranting jika dibelah membujur terlihat garis cokelat. Biasanya pada saat batang dipotong, maka batang tersebut kosong,” jabar Darwis.
Masalah Utama
Busuk buah dan VSD juga disebut Final Prajnanta, Head of Marketing Bayer CropScience Indonesia, sebagai masalah utama bagi petani kakao. Bila dibandingkan, tingkat serangan busuk buah bisa mencapai 65 persen, sedangkan VSD 35 persen. “Ibaratnya setiap petani kakao pasti mengalami serangan Phytophthora, tetapi tidak semuanya mengalami VSD,” ucap Final.
Kendati begitu, petani tidak perlu khawatir terhadap penyakit-penyakit tersebut karena ada metode untuk mencegahnya. Beberapa perusahaan yang berkonsentrasi memajukan pertanian Indonesia menawarkan beberapa jurus untuk mengatasi penyakit itu.
Final misalnya, menyarankan pengendalian busuk buah dengan melakukan pemantauan ke kebun paling tidak tiga hari sekali. Kunjungan ke kebun seminggu sekali, menurut dia, bisa terlambat. Jika menemukan buah yang terserang busuk buah, dikendalikan dengan fungisida. “Untuk mengendalikan busuk buah yang disebabkan cendawan Phytophthora bisa menggunakan fungisida Trivia produksi Bayer. Trivia sudah teruji di berbagai daerah pertanaman kakao,” jelasnya.
Sebaiknya, saran Final, sebelum penyemprotan fungisida, petik semua buah yang sudah menunjukkan gejala busuk buah lebih dari 50 persen. Agar tidak menjadi sumber penyebaran cendawan, buah terserang harus dimusnahkan. Selanjutnya baru dilakukan penyemprotan fungisida Trivia dengan konsentrasi dan dosis sesuai yang tertera pada label kemasannya.
Jika dari hasil pemantauan selanjutnya masih ditemukan gejala busuk buah, penyemprotan perlu diulang dengan frekuensi 10 – 14 hari sekali. Biasanya dalam satu musim petik dilakukan penyemprotan sekitar tiga hingga empat kali.
Selain pada buah, Phytophthora juga dapat menyerang batang yang acap disebut busuk batang atau kanker batang. Petani biasanya menguaskan larutan Trivia pada batang yang terserang. Mula-mula batang terserang itu dikerok, baru kemudian dikuaskan Trivia dengan konsentrasi 3 – 5 g per liter air.
Sedangkan Edin menawarkan solusi yang berbeda untuk mengendalikan busuk buah dan VSD. Caranya, dengan menggunakan campuran fungisida Amistartop sebanyak 5 ml dan insektisida Alika sebanyak 5 ml dalam 15 liter air atau satu tangki. Untuk satu hektar dibutuhkan 15 tangki cairan semprot. “Dengan cara tersebut sekaligus mengendalikan penyakit dan hama dan juga berfungsi sebagai booster atau memacu pertumbuhan,” jelas Edin.
Campuran tersebut, imbuh dia, bisa mempercepat proses pembuahan tanaman yang direhabilitasi dengan metode sambung samping atau sambung pucuk. Walhasil, dalam waktu tiga bulan batang utama sudah dapat dipotong. Tanpa menggunakan produk tersebut, pemotongan batang perlu waktu enam bulan. Selain itu, tanaman juga rentan terserang busuk buah dan VSD.
Sambung Samping
Di samping mencegah penyakit busuk buah, untuk meningkatkan produksi Mustomin juga merehabilitasi tanamannya dengan metode sambung samping. Caranya, tanaman lama yang berproduksi rendah atau pernah terserang busuk buah sebagai batang bawah disambung dengan batang atas (entres) dari klon unggul.
Entres menggunakan klon Sulawesi I dan Sulawesi II. Setelah satu hingga dua bulan batang utama dipotong dan dibuang jauh dari kebun. Tujuannya agar pada tahun berikutnya tanaman baru ini menghasilkan buah cukup banyak dan bermutu baik. “Dengan sistem sambung samping ini, selain dapat menghilangkan busuk buah juga dapat meningkatkan produksi hingga 2 ton per ha,” papar Mustomin yang juga Ketua Kelompok Tani Lelumpu Tani Tunas Mekar.
Untuk menjaga produksi selanjutnya, Darwis menyarankan pemangkasan agar kondisi seputar tanaman tidak lembap. “Minimal satu kali dalam sebulan agar sinar matahari dapat masuk,” pungkasnya.
Yuwono Ibnu Nugroho
Sedia payung sebelum hujan, mungkin hal tersebutlah yang harus dilakukan petani kakao saat ini mengingat Januari sudah memasuki musim penghujan. Tujuannya untuk mencegah datangnya penyakit busuk buah yang disebabkan cendawan Phytophthora palmivora dan penyakit Vascular Streak Dieback (VSD) dengan biang keladi cendawan Oncobasidium theobromae. Pasalnya, kedua jenis penyakit ini berperan besar menurunkan produksi kakao tahun lalu dari 575 ribu ton menjadi 430 ribu ton.
“Perubahan cuaca yang signifikan tahun 2010 dengan curah hujan yang lebat, kemudian tahun 2011 hampir tidak ada hujan membuat (buah) kakao banyak yang rontok. Selain itu banyak penyakit yang datang seperti busuk buah dan VSD,” ungkap Zulhefi Sikumbang, Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo). Selain itu, Zulhefi juga berpendapat, penggunaan bibit SE yang belum teruji menjadi menurunkan produksi.
M. Darwis, Kepala Bidang Produksi Dinas Perkebunan Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, membenarkan hal tersebut. Banyaknya curah hujan menyebabkan kebun menjadi lembab dan banyak genangan air. “Pada kondisi lembab di permukaan buah akan muncul serbuk berwarna putih. Serbuk itulah Phytophthora palmivora,” jelas Darwis.
Berkurang hingga 80 Persen
Penyakit busuk buah, menurut Ir. Edin Saefudin, Campaign Manager PT Syngenta Indonesia, sangat merugikan. “Jika tanaman kakao sudah terkena VSD ataupun busuk buah, produksi akan berkurang bisa mencapai 80 persen. Jadi seumpama tanaman kakao yang idealnya dapat berproduksi sekitar 700 kg per ha, jika sudah terkena penyakit tersebut, produksinya bisa hanya mencapai 200 kg per ha,” paparnya kepada AGRINA.
Kerugian akibat penyakit itu dialami Mustomin, petani kakao di Desa Ulumowewe, Kecamatan Mowewe, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Pada 1990 tanaman kakaonya yang biasa berproduksi hingga 600 kg per ha, hanya menghasilkan 300 kg per ha karena terkena busuk buah. “Yang sudah terkena penyakit tersebut, buahnya akan kempes,” tutur ayah enam anak ini.
Pengamatan Darwis, busuk buah dapat menyerang buah kakao dari mulai masih muda sampai dewasa. Kemudian buah yang terinfeksi menunjukkan gejala terjadinya pembusukan disertai bercak cokelat kehitaman. Serangan dimulai dari ujung pangkal buah. Perkembangan bercak cokelat ini cukup cepat sehingga dalam waktu beberapa hari seluruh permukaan buah menjadi busuk.
Sedangkan VSD memperlihatkan gejala daun menguning dengan bercak berwarna hijau. Yang terserang biasanya daun urutan kedua atau ketiga dari titik tumbuh. Bila disayat pada bekas duduk daun, terlihat tiga buah noktah berwarna cokelat kehitam-hitaman. “Sedangkan pada ranting jika dibelah membujur terlihat garis cokelat. Biasanya pada saat batang dipotong, maka batang tersebut kosong,” jabar Darwis.
Masalah Utama
Busuk buah dan VSD juga disebut Final Prajnanta, Head of Marketing Bayer CropScience Indonesia, sebagai masalah utama bagi petani kakao. Bila dibandingkan, tingkat serangan busuk buah bisa mencapai 65 persen, sedangkan VSD 35 persen. “Ibaratnya setiap petani kakao pasti mengalami serangan Phytophthora, tetapi tidak semuanya mengalami VSD,” ucap Final.
Kendati begitu, petani tidak perlu khawatir terhadap penyakit-penyakit tersebut karena ada metode untuk mencegahnya. Beberapa perusahaan yang berkonsentrasi memajukan pertanian Indonesia menawarkan beberapa jurus untuk mengatasi penyakit itu.
Final misalnya, menyarankan pengendalian busuk buah dengan melakukan pemantauan ke kebun paling tidak tiga hari sekali. Kunjungan ke kebun seminggu sekali, menurut dia, bisa terlambat. Jika menemukan buah yang terserang busuk buah, dikendalikan dengan fungisida. “Untuk mengendalikan busuk buah yang disebabkan cendawan Phytophthora bisa menggunakan fungisida Trivia produksi Bayer. Trivia sudah teruji di berbagai daerah pertanaman kakao,” jelasnya.
Sebaiknya, saran Final, sebelum penyemprotan fungisida, petik semua buah yang sudah menunjukkan gejala busuk buah lebih dari 50 persen. Agar tidak menjadi sumber penyebaran cendawan, buah terserang harus dimusnahkan. Selanjutnya baru dilakukan penyemprotan fungisida Trivia dengan konsentrasi dan dosis sesuai yang tertera pada label kemasannya.
Jika dari hasil pemantauan selanjutnya masih ditemukan gejala busuk buah, penyemprotan perlu diulang dengan frekuensi 10 – 14 hari sekali. Biasanya dalam satu musim petik dilakukan penyemprotan sekitar tiga hingga empat kali.
Selain pada buah, Phytophthora juga dapat menyerang batang yang acap disebut busuk batang atau kanker batang. Petani biasanya menguaskan larutan Trivia pada batang yang terserang. Mula-mula batang terserang itu dikerok, baru kemudian dikuaskan Trivia dengan konsentrasi 3 – 5 g per liter air.
Sedangkan Edin menawarkan solusi yang berbeda untuk mengendalikan busuk buah dan VSD. Caranya, dengan menggunakan campuran fungisida Amistartop sebanyak 5 ml dan insektisida Alika sebanyak 5 ml dalam 15 liter air atau satu tangki. Untuk satu hektar dibutuhkan 15 tangki cairan semprot. “Dengan cara tersebut sekaligus mengendalikan penyakit dan hama dan juga berfungsi sebagai booster atau memacu pertumbuhan,” jelas Edin.
Campuran tersebut, imbuh dia, bisa mempercepat proses pembuahan tanaman yang direhabilitasi dengan metode sambung samping atau sambung pucuk. Walhasil, dalam waktu tiga bulan batang utama sudah dapat dipotong. Tanpa menggunakan produk tersebut, pemotongan batang perlu waktu enam bulan. Selain itu, tanaman juga rentan terserang busuk buah dan VSD.
Sambung Samping
Di samping mencegah penyakit busuk buah, untuk meningkatkan produksi Mustomin juga merehabilitasi tanamannya dengan metode sambung samping. Caranya, tanaman lama yang berproduksi rendah atau pernah terserang busuk buah sebagai batang bawah disambung dengan batang atas (entres) dari klon unggul.
Entres menggunakan klon Sulawesi I dan Sulawesi II. Setelah satu hingga dua bulan batang utama dipotong dan dibuang jauh dari kebun. Tujuannya agar pada tahun berikutnya tanaman baru ini menghasilkan buah cukup banyak dan bermutu baik. “Dengan sistem sambung samping ini, selain dapat menghilangkan busuk buah juga dapat meningkatkan produksi hingga 2 ton per ha,” papar Mustomin yang juga Ketua Kelompok Tani Lelumpu Tani Tunas Mekar.
Untuk menjaga produksi selanjutnya, Darwis menyarankan pemangkasan agar kondisi seputar tanaman tidak lembap. “Minimal satu kali dalam sebulan agar sinar matahari dapat masuk,” pungkasnya.
Yuwono Ibnu Nugroho
Langganan:
Komentar (Atom)
Pengikut
Mengenai Saya
Kategori
- budaya (3)
- ekonomi dan pembangunan (4)
- iptek (3)
- kesehatan (6)
- olah raga dan kepemudaan (1)
- pemerintahan (5)
- politik (2)
- profil (2)
- sport (2)
