Desa Puncak Harapan

Sabtu, 17 Agustus 2013

Manfaat Cengkeh Bagi Kesehatan

Khasiat Cengkeh Sebagai Obat Tradisional. Cengkeh adalah tanaman asli Indonesia yang banyak digunakan sebagai bumbu masakan di negara-negara Eropa serta sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkeh juga mempunyai khasiat dan manfaat untuk Kesehatan.




Khasiat Cengkeh Sebagai Obat herbal Tradisional
Tanaman cengkeh dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim tropis. Minyak cengkeh banyak dimanfaatkan oleh dokter gigi sebagai penghilang rasa sakit. Selain itu, tanaman ini juga digunakan dalam industri farmasi, penyedap masakan, dan wewangian.
Berikut beberapa Khasiat Cengkeh untuk Obat herbal tradisional mengatasi berbagai penyakit.

* Menghitamkan alis mata
Cara membuat dan Menggunakan :
5-7 biji bunga cengkeh kering dibakar sampai hangus, kemudian ditumbuk sampai halus dan ditambah dengan minyak kemiri secukupnya. Oleskan pada alis mata setiap sore hari.

* Mengobati Campak
Cara membuat dan Menggunakan :
10 Biji bunga cengkeh direndam air masak semalam kemudian ditambah dengan gula batu dan diaduk sampai merata. Lalu diminum sedikit demi sedikit secara teratur.

* Menambah Denyut Jantung
Cara membuat dan Menggunakan :
Bunga cengkeh yang sudah kering, dikunyah disesap airnya, dilakukan setiap hari. Minyak cengkeh dapat memperkuat lendir usus dan lambung serta menambah jumlah darah putih.

* Mengatasi sakit gigi
Cara membuat dan Menggunakan :
Gigi yang berlubang disumbat dengan kapas yang telah diteteskan dengan minyak cengkeh. Atau, 10 butir cengkeh disangrai sampai halus, lalu digiling halus, dimasukkan pada lubang gigi secukupnya, lalu ditutup dengan kapas.
Lakukan dua kali sehari.

* Menghilangkan bau mulut
Cara membuat dan Menggunakan :
10 butir cengkeh dicuci lalu diseduh dengan 200 cc air panas, diamkan selama lima menit. Kemudian, disaring dan airnya dipakai untuk kumur-kumur, lakukan setiap hari secara rutin.

* Mengatasi sinusitis
Cara membuat dan Menggunakan :
Cengkeh secukupnya dikeringkan, digiling sampai menjadi bubuk, lalu ditiupkan ke hidung dengan menggunakan sedotan dengan ukuran secukupnya.

* Sebagai obat mual
Cara membuat dan Menggunakan : 10 butir cengkeh, 20 gram asam jawa, dan gula aren secukupnya direbus dengan 400 cc air sampai tersisa 200 cc. Kemudian ramuan disaring dan diminum selagi hangat untuk dua kali sehari, setiap kali minum sebanyak 100 cc.

* Mengatasi kembung Cara membuat dan Menggunakan :
10 butir cengkeh diseduh dengan air panas lalu diminum sebagai teh. Atau, 5 sampai 10 butir cengkeh dimasukkan pada buah pir yang dilubangi dan dibungkus dengna kertas aluminium foil lalu dibakar hingga matang. Setelah matang, cengkehnya dibuang dan pirnya dimakan.

* Obat masuk angin
Cara membuat dan Menggunakan :
10 tetes minyak cengkeh diseduh dengan 50 cc air panas, tambahkan madu secukupnya, diaduk sampai merata lalu diminum selagi hangat. Lakukan 2 sampai 3 kali sehari.

* Obat sakit kepala
Cara membuat dan Menggunakan :
5 butir cengkeh, 5 gram kayu manis, 5 gram biji pala, dan 5 butir merica dihaluskan hingga menjadi bubuk lalu diseduh dengan 100 cc air panas, kemudian diminum.

* Mengatasi radang lambung
Cara membuat dan Menggunakan : 5 butir cengkeh, 5 gram kayu manis, 5 gram biji pala, dan 5 butir kapulaga, 15 gram kulit jeruk mandarin, 150 gram lobak, labu parang secukupnya, direbus dengan 1000 cc air panas kemudian diminum.

* Obat batuk
Cara membuat dan Menggunakan :
10 butir cengkeh, 10 lembar daun sirih, 5 lembar daun tapak liman, 3 butir kapulaga, 2 jari kayu manis, dan gula aren secukupnya direbus dengan 800 cc air hingga tersisa 400 cc, disaring lalu diminum 2 kali sehari, setiap kali minum sebanyak 200 cc.

Itulah Khasiat Cengkeh Sebagai Obat herbal Tradisional mengatasi sakit gigi, sinusitis, mual dan muntah, kembung, masuk angin, sakit kepala, radang lambung, batuk, terlambat haid, rematik, campak, dan lain-lain

Sumber : Bismillah.blogspot.com

DENGAN '17" NEGERI INI DIBANGUN



Tak terasa sudah 68 tahun negeri terncita bernama Indonesia ini merdeka. Namun sayang kemerdekaan yang diperoleh dengan keringat dan darah para pahlawan bangsa ini, belum diisi oleh anak bangsanya secara maksimal. Kita, sebagai generasi penerus yang mempunyai tugas untuk melanjutkan dan mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pendahulu, ternyata justru menggadaikan bangsanya. Betapa tidak, aset-aset berharga milik bangsa ini, satu persatu jatuh ke tangan bangsa lain. Kita punya “Ladang emas” yang luar biasa, namun sayang bangsa lain yang menikmati. Kita punya lautan dengan beraneka ragam kekayaannya, namun bangsa lain yang menikmati. Kita juga punya sumber daya alam yang tak terkira nilainya, namun sekali lagi bukan bangsa tercinta ini yang menikmatinya, justru bangsa lain.

Apakah kita lupa bahwa perjuangan para pahlawan kita yang sangat luar biasa, harta dan nyawa mereka korbankan untuk anak cucu mereka?? Tidakkah ada rasa malu pada diri setiap manusia Indonesia untuk tidak mencintai dan berjuang memajukan bangsanya? Tidakkah malu hanya demi ambisi memperoleh kekuasaan dan melanggengkannya rela menggaidaikan bangsanya. Kalau memang tidak ada rasa malu, berarti bangsa kita telah menjadi bangsa yang berpenyakit. Berpenyakit, kerana melupakan sejarah bangsanya. Berpenyakit, kerena tak mencintai bangsanya. Berpenyakit karena tidak mengisi dan memaknai kemerdekaan yang telah diperjuangkan para pendahulunya. Ingat bangsa yang berpenyakit, sebagaimana manusia yang berpenyakit selamanya tak akan pernah merasakan kesehatan, kesejahteraan dan kebahagiaan.

Tujuh belas Agustus adalah peristiwa besar dalam sejarah bangsa Indoesia yang seharusnya tidak dimaknai secara ritual saja, namun lebih dari itu 17 Agustus harus dimaknai bukan hanya secara ritual seperti upacara dan lain sebagainya. Tujuh belas Agustus adalah angka keramat yang dipilih oleh Bung Karno sebagai tanggal bagi kemerdekaan bangsanya. Bung Karno rela menyerahkan lehernya kepada kaum muda di bawah pimpinan Yusuf Kunto dan Wikana yang menculiknya ke Rengasdengklok kalau tetap dipaksa untuk memprokalmirkan kemerdekaan pada 16 Agustus 1945.

Tak hanya sekedar angka. Dipilihnya 17 sebagai tanggal untuk memprokalamiskan kemerdekaan mempunyai makna yang sangat dalam. Sebagaimana penuturannya kepada Cindy Adams saat Bung Karno di Hanoi, Vietnam, bahwa alasan Bung Karno memilih angka 17 kerena, ia ingin membangun bangsanya dengan 17 rakaat. Selain itu 17 Agustus yang bertepatan dengan hari Jum’at

Legi 9 Ramadhan 1364 juga mengandung makna bahwa Bung Karno ingin membangun negeri ini dengan Shalat atau Tauhid, sehingga Indonesia akan menjadi negeri yang agung dan manis atau sejahtera kehidupan masyarakatnya. Jangan harap bangsa ini akan maju kalau pilar utama bangsanya yakni agama tidak dilaksankan secara baik dan benar. Jangan harap pula pancasila akan berfungsi kalau manusia Indoensia tidak beragama dengan baik. ingat pancasila lahir dari pemikiran orang yang beragama.

Selain itu 17 yang terdiri dari satu dan tujuh, juga mengandung pengertian “satu tujuan” artinya meskipun bangsa ini terdiri dari berbagai macam suku, etnik, dan kelompok tujuannya satu, sebagaimana termaktub dalam pembukaan undang-undang 1945.

Sayang, sejarah ini tidak pernah kita jumpai dalam buku-buku sejarah di sekolahan. Tak heran jika dari tahun ke tahun kemerdekaan diperingati, tak ada perubahan yang berarti pada bangsa kita ini. Semoga di kemerdekaan yang ke-68 ini bangsa Indonesia bangkit dari tidurnya

Sumber : Kompasiana

Jumat, 16 Agustus 2013

Sainuddin C (Kepala Desa Puncak Harapan) Meninggal Dunia

Innalillahi wainna Ilaihi Roji'un. Admin dan segenap masyarakat Desa Puncak Harapan mengucapkan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya Bapak Sainuddin Cabbang, Kepala Desa Puncak Harapan pada hari Kamis pukul 03.00 WITA di RSU Andi Makkasau Pare Pare. Setelah menjalani perawatan intensif selama 4 hari, akhirnya Bapak Sainuddin Cabbang menghembuskan nafas terakhirnya.

Beliau mulai jatuh sakit sejak hari ke 2 Ramadhan, dan sempat menjalani perawatan selama beberapa hari di Puskesmas Kecamatan Maiwa. Dan setelah dokter memperbolehkan pulang dan menjalani rawat jalan. Pada saat itu memang kondisi beliau sempat membaik. Namun beberapa hari kemudian beliau mengeluh lagi sakit di bagian kepalanya, kemudian oleh Dokter disarankan ke Pare Pare untuk konsultasi dengan dokter saraf. Dari dokter saraf ( Petta Gau ) menyatakan bahwa penyakit yang diderita beliau hanyalah sakit kepala biasa dan tidak membahayakan (mematikan). Lalu Beliau kembali menjalani rawat jalan.

Sejak tanggal 12 Agustus 2013 kondisi beliau benar-benar drop dan oleh keluarga diputuskan untuk membawa Beliau ke RSU Andi Makkasau untuk menjalani rawat inap. Karena Kondisi beliau makin drop maka oleh tim dokter diadakan pemeriksaan ulang, akhirnya disimpulkan bahwa Beliau menderita Malaria. Dan disarankan oleh dokter untuk dirujuk ke RS Wahidin Makassar dengan alasan bahwa di Pare Pare tidak tersedia obatnya, kalaupun ada itu sudah expire. Akhirnya pihak keluarga berkonsultasi dengan dokter untuk tetap merawat Beliau di RSU Pare Pare, dan berusaha mencari obat di Makassar. Setelah berkeliling di Makassar mencari obat yang di resep dokter namun tidak berhasil juga menemukan maka pihak keluarga akhirnya memesan obat itu langsung dari Provinsi Papua. Namun apalah daya, takdir berkata lain. Belum sempat obat itu sampai di Sulsel beliau sudah menghembuskan nafas terakhirnya. Dan jenazahnya langsung di bawah ke Puncak Harapan subuh itu juga.

Jenazah disemayamkan di rumahnya sendiri di Lanyarang, Botto Maiwang yang dihadiri oleh unsur Muspida Kabupaten Enrekang seperti Bapak Bupati Enrekang dan Ketua DPRD Enrekang. Juga terlihat diantara para pelayat adalah Bapak Camat Maiwa beserta segenap pegawai di lingkup Kabupaten Enrekang dan kecamatan Maiwa serta para Kepala Desa Se kecamatan Maiwa. Saking banyaknya pelayat yang jumlahnya mencapai ribuan orang membuat jalan di Desa Puncak Harapan sempat macet.

Setelah melalui acara proses pelepasan jenazah yang dipimpin oleh Bapak Camat Maiwa, akhirnya jenasah diberangkatkan ke tempat peristiratan terakhirnya di Tempat Pemakaman Umum Desa Puncak Harapan yakni di Batu Bakka. Selamat Jalan Bapak Sainuddin Cabbang, semoga amal ibadah Bapak diterima oleh Allah SWT dan mendapat tempat yang layak disisiNYA. Doa dan air mata masyarakat Desa Puncak Harapan mengantar kepergianmu. Jasamu akan selalu kami kenang, akan tetap terukir di dalam jiwa masyarakat Desa Puncak Harapan. Amin.

Sabtu, 10 Agustus 2013

SUASANA LEBARAN

Tak terasa Bulan Ramadhan sudah hampir memasuki hari terakhir dan itu artinya kesibukan menyambut lebaran sudah kelihatan dikalangan ibu-ibu di wala-wala dan sekitarnya. Mulai dari persiapan mengambil janur kuning, daun pisang hingga menggali lengkuas. Ada banyak tradisi kuliner lebaran yang masih tetap dipertahankan oleh masyarakat setempat, seperti Burasa', Belunra, Tape, Nasu Lengkuas ditambah lagi aneka macam kue yang masih berbau tradisional. Hal ini menambah kesan lebaran di Desa Puncak harapan.

Ditengah-tengah kesibukan para ibu-ibu nampak juga belasan anak kecil yang sibuk dengan petasan mereka, masih tradisional juga, Baraccung. Terbuat dari bambu yang di isi minyak tanah dan dan disulut dengan obor, walaupun menghasilkan bunyi yang tidak sebesar petasan yang di beli namun memberikan kemeriahan tersendiri di kalangan para anak-anak dalam menyambut hari lebaran. Walaupun sebenarnya permainan ini sedikit riskan, karena terkadang api yang disulut itu malah berbalik ke alis atau ke rambut, namun sepertinya keinginan mereka untuk memeriahkan suasana lebaran mengalahkan segalanya.

sekarang para pria dewasa sedang apa? Kita intip yukk, rupanya para pria dewasa juga tak kalah sibuk. Mereka berkelompok menangkap ayam yang akan di sembelih. Kalau ayam-ayam itu tidak bisa ditangkap dengan pelan-pelan (jinak) maka keseruan itu mulai terlihat. Ayam itu akan ditangkap secara paksa, mereka dikejar beramai-ramai hingga ke pinggiran hutan sekalipun. Menimbulkan kegaduhan yang luar biasa. Gaduh, seru dan terkadang lucu.... sungguh meriah...

Setelah semua persiapan menyambut Idul Fitri telah kita bahas, selanjutnya adalah kemeriahan pas di hari lebaran Lho?? iya kan mesjid di Wala-wala cuma satu, dan ukurannya terbatas jadi tidak bisa menampung jumlah warga yang sekian banyak. Alhasil warga pun berlomba untuk mendapat tempat sholat IF di dalam mesjid. Berdesak-desakan adalah hal yang tidak bisa dihindari di hari lebaran, bahkan sholat di luar mesjid pun sudah biasa. he he he..

Setelah itu baru deh acara silaturrahmi saling memohon maaf, masing-masing warga saling mengunjungi antara satu dengan yang lain untuk memohon maaf yang istilah setempat disebut "Massiara". Suasana keakraban semakin terlihat karena semua warga berbaur dalam satu rasa yakni kebahagiaan di hari Lebaran...

Makanan-makanan tradisional pun akan banyak kita jumpai di setiap rumah warga mulai dari yang sangat sederhana sampai yang agak sedikit mewah. Bahkan sampai yang "aneh" sekalipun, seperti burasa dimakan dengan tapai ataukah belunra dengan tapai. Sungguh meriah lebaran di kampung... Minal aidin walfaidzin.... Mohon maaf lahir dan bathin..!!!!

Selasa, 04 Juni 2013

SIPULUNG

Sipulung adalah semacam pesta peringatan yang diadakan setelah musim panen padi selesai sebagai rasa syukur atas hasil panen yang telah didapat. Biasanya sipulung diadakan di area tertentu yang merupakan masih areal persawahan.
Dan ini sepertinya sudah menjadi keharusan bagi para penggarap sawah, baik itu di lokasi yang sama maupun di lokasi yang berbedadalam wilayah Desa Puncak Harapan. Maklum daerah persawahan di Puncak Harapan tersebar di sekeliling desa.

Biasanya sebelum diadakan, jadwal sipulung selalu melihat hari "baik" dan kemudian diumumkan kepada masyarakat. Dan selalu dipimpin oleh seorang "DULUNG".

Perayaan sipulung selalu di lakukan dengan memotong ayam yang masing-masing dibawah oleh ibu tani, dan dimasak khusus di lokasi persawahan tersebut. Jenis masakannya pun sangat unik dan mempertahankan tradisi masakan tradisional sehingga ke khasan acara sipulung tetap ada, yakni masakan "URIAN".

Ini adalah salah satu contoh tradisi atau budaya masyarakat Desa Puncak Harapan yang masih bertahan sampai sekarang, disamping tradisi yang lain seperti padendang, Maddoa' dan sebagainya. Semoga bisa terus dikembangkan dipertahankan sebagai ciri khas dan salah satu kekayaan budaya massenreng pulu.

Selasa, 28 Mei 2013

BUNGA RAFLESIA di LOKA'



Kemunculan bunga aneh ini sempat menarik perhatian warga Puncak Harapan. Mereka berbondong-bondong menyaksikan Bunga Aneh yang belakangan diketahui ternyata jenis Raflesia ini.



Ketertarikan warga karena bunga ini unik dan langka, selain itu juga tumbuh persis di tepi jalan utama menuju desa Puncak Harapan.

Minggu, 24 Maret 2013

Mesjid Sagona



Mesjid Ar Rahman Di dusun sagona dibangun dari swadaya masyarakat Sagona.

Pengikut