Tak terasa Bulan Ramadhan sudah hampir memasuki hari terakhir dan itu artinya kesibukan menyambut lebaran sudah kelihatan dikalangan ibu-ibu di wala-wala dan sekitarnya. Mulai dari persiapan mengambil janur kuning, daun pisang hingga menggali lengkuas. Ada banyak tradisi kuliner lebaran yang masih tetap dipertahankan oleh masyarakat setempat, seperti Burasa', Belunra, Tape, Nasu Lengkuas ditambah lagi aneka macam kue yang masih berbau tradisional. Hal ini menambah kesan lebaran di Desa Puncak harapan.
Ditengah-tengah kesibukan para ibu-ibu nampak juga belasan anak kecil yang sibuk dengan petasan mereka, masih tradisional juga, Baraccung. Terbuat dari bambu yang di isi minyak tanah dan dan disulut dengan obor, walaupun menghasilkan bunyi yang tidak sebesar petasan yang di beli namun memberikan kemeriahan tersendiri di kalangan para anak-anak dalam menyambut hari lebaran. Walaupun sebenarnya permainan ini sedikit riskan, karena terkadang api yang disulut itu malah berbalik ke alis atau ke rambut, namun sepertinya keinginan mereka untuk memeriahkan suasana lebaran mengalahkan segalanya.
sekarang para pria dewasa sedang apa? Kita intip yukk, rupanya para pria dewasa juga tak kalah sibuk. Mereka berkelompok menangkap ayam yang akan di sembelih. Kalau ayam-ayam itu tidak bisa ditangkap dengan pelan-pelan (jinak) maka keseruan itu mulai terlihat. Ayam itu akan ditangkap secara paksa, mereka dikejar beramai-ramai hingga ke pinggiran hutan sekalipun. Menimbulkan kegaduhan yang luar biasa. Gaduh, seru dan terkadang lucu.... sungguh meriah...
Setelah semua persiapan menyambut Idul Fitri telah kita bahas, selanjutnya adalah kemeriahan pas di hari lebaran Lho?? iya kan mesjid di Wala-wala cuma satu, dan ukurannya terbatas jadi tidak bisa menampung jumlah warga yang sekian banyak. Alhasil warga pun berlomba untuk mendapat tempat sholat IF di dalam mesjid. Berdesak-desakan adalah hal yang tidak bisa dihindari di hari lebaran, bahkan sholat di luar mesjid pun sudah biasa. he he he..
Setelah itu baru deh acara silaturrahmi saling memohon maaf, masing-masing warga saling mengunjungi antara satu dengan yang lain untuk memohon maaf yang istilah setempat disebut "Massiara". Suasana keakraban semakin terlihat karena semua warga berbaur dalam satu rasa yakni kebahagiaan di hari Lebaran...
Makanan-makanan tradisional pun akan banyak kita jumpai di setiap rumah warga mulai dari yang sangat sederhana sampai yang agak sedikit mewah. Bahkan sampai yang "aneh" sekalipun, seperti burasa dimakan dengan tapai ataukah belunra dengan tapai. Sungguh meriah lebaran di kampung... Minal aidin walfaidzin.... Mohon maaf lahir dan bathin..!!!!
Kategori
- budaya (3)
- ekonomi dan pembangunan (4)
- iptek (3)
- kesehatan (6)
- olah raga dan kepemudaan (1)
- pemerintahan (5)
- politik (2)
- profil (2)
- sport (2)

0 komentar:
Posting Komentar